Jumat, 25 November 2016
Minggu, 20 November 2016
Contoh-contoh Pembalasan
1. Contoh pembalasan positif
Misalkan ada 2 orang sahabat yang telah berteman sejak lama yang bernama Ani dan Dewi. Ani sedang berulang tahun yang ke 19 tahun. Lalu Dewi memberikan ucapan selamat dan memberikan hadiah kepada Ani. Dan ketika Dewi yang berulang tahun, ada rasa yang timbul dalam diri Ani untuk memberikan ucapan selamat dan hadiah pada Dewi. Akhirnya, Dewi pun membalas untuk memberikan ucapan dan hadiah untuk Ani.
Pembalasan ini merupakan pembalasan yang positif. Karena dalam hal ini timbul rasa terimakasih dan rasa saling menghargai satu sama lain.
Misalkan ada 2 orang sahabat yang telah berteman sejak lama yang bernama Ani dan Dewi. Ani sedang berulang tahun yang ke 19 tahun. Lalu Dewi memberikan ucapan selamat dan memberikan hadiah kepada Ani. Dan ketika Dewi yang berulang tahun, ada rasa yang timbul dalam diri Ani untuk memberikan ucapan selamat dan hadiah pada Dewi. Akhirnya, Dewi pun membalas untuk memberikan ucapan dan hadiah untuk Ani.
Pembalasan ini merupakan pembalasan yang positif. Karena dalam hal ini timbul rasa terimakasih dan rasa saling menghargai satu sama lain.
2. Contoh pembalasan negatif
Misalkan sang teman berusaha mengejek anak laki-laki tersebut hingga dia tak mampu lagi menahan emosinya, bisa saja pembalasan yang akan dilakukan oleh anak tersebut adalah hal yang negatif seperti memukul sang teman hingga keduanya berkelahi, atau bisa saja pembalasan itu berupa ejekan balik yang pada akhirnya akan menimbulkan permusuhan.Pembalasan ini merupakan pembalasan yang negatif, yang banyak menimbulkan hal tidak baik untuk kedua anak tersebut. Karena dalam hal ini timbul rasa dendam, kecewa, amarah, emosi dan lain sebagainya yang dapat merusak pertemanan mereka.
Misalkan sang teman berusaha mengejek anak laki-laki tersebut hingga dia tak mampu lagi menahan emosinya, bisa saja pembalasan yang akan dilakukan oleh anak tersebut adalah hal yang negatif seperti memukul sang teman hingga keduanya berkelahi, atau bisa saja pembalasan itu berupa ejekan balik yang pada akhirnya akan menimbulkan permusuhan.Pembalasan ini merupakan pembalasan yang negatif, yang banyak menimbulkan hal tidak baik untuk kedua anak tersebut. Karena dalam hal ini timbul rasa dendam, kecewa, amarah, emosi dan lain sebagainya yang dapat merusak pertemanan mereka.
Minggu, 13 November 2016
Pengertian Kejujuran
Kejujuran adalah mengatakan sesuatu dengan sebenar-benarnya. Definisi yang lain dari kejujuran ialah berkata atau berbuat sesuatu dengan sebenar-benarnya, tidak ada unsur kebohongan atau manipulasi didalamnya. Kejujuran ada dalam hal ucapan dan dalam hal perbuatan.
Contoh dalam hal ucapan ialah seseorang senantiasa berkata jujur dalam berbicara, tidak ditambahi maupun dikurangi. Dan dalam hal perbuatan contohnya seorang pedagang tidak pernah mengurangi timbangan dalam penjualannya. Ketika memberikan kembalian kepada orang buta, ia berikan sesuai dengan apa yang seharusnya diterima oleh orang buta tersebut. Dan dalam hal perkantoran, ia tidak pernah korupsi, ia selalu melaporkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaannya sesuai dengan apa yang ada di lapangan.
Sifat jujur ini harus dimiliki oleh setiap manusia, karena sifat dan sikap ini merupakan prinsip dasar dari cerminan akhlak seseorang. Jujur juga dapat menjadi cerminan dari kepribadian seseorang bahkan kepribadian bangsa. Oleh sebab itulah kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan manusia.
Berperilaku jujur tidak akan merugikan kita. Justru banyak hal yang dapat kita ambil dari kejujuran. Kejujuran membawa manfaat yang begitu banyak dalam hidup, antara lain membuat seseorang menjadi dapat dipercaya, disenangi oleh orang lain, mudah mendapat lapangan pekerjaan, dan yang paling penting adalah dicintai oleh Allah swt. Kejujuran dapat memudahkan seseorang dalam mendapatkan pekerjaan karena kejujuran adalah poin penting dari kepribadian seseorang yang dapat dijadikan pedoman dalam menjalankan semua pekerjaannya.
Tanamlah sifat kejujuran sejak dini, karena ketika kita sudah dewasa, maka kita akan terbiasa untuk melakukan hal kejujuran, mulai dari hal yang kecil sampai hal yang besar.
Sumber : http://pratiwianggun17.blogspot.co.id/2012/11/apa-itu-jujur-anggun-pratiwi.html
http://www.tongkronganislami.net/2015/11/pengertian-dan-konsep-kejujuran-dalam-islam.html
Minggu, 06 November 2016
Tahap-tahap Gangguan Kejiwaan
Gangguan jiwa adalah bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang patologik dari unsur psikis. Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat istiadat, kebudayaan, pekerjaan, kehamilan dan lain sebagainya.
Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh tiga faktor :
1. Faktor-faktor somatik (somatogenik)
a. Neroanatomi
b. Nerofisiologi
c. Nerokimia
d. Tingkat perkembangan dan kematangan organi
e. Faktor-faktor pre dan peri-natal
2. Faktor-faktor Psikologik
a. Interaksi Ibu-anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal berdasarkan kekurangan, distorasi dan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan kebimbangan).
b. Peranan ayah
c. Persaingan antara saudara kandung
d. Inteligensi
e. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
f. Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa bersalah
g. Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu
h. Keterampilan, bakat dan kreativitas
i. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
j. Tingkat perkembangan emosi
3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)
a. Kestabilan keluarga
b. Pola mengasuh anak
c. Tingkat ekonomi
d. Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
e. Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan pendidikan
f. Kesejahteraan yang tidak memadai
g. Pengaruh rasial dan keagamaan
h. Nilai-nilai
A. Proses Perjalanan Penyakit
Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai umur pertengahan dengan melalui beberapa fase yaitu :
a. Fase Prodomal
Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun. Gangguan dapat berupa self care, gangguan dalam akademik, pekerjaan, fungsi sosial, pikiran dan presepsi.
b. Fase Aktif
Berlangsung kurang lebih 1 bulan. Gangguan dapat berupa gejala psikotik, halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir, gangguan bicara, gangguan prilaku, disertai kelainan neurokimiawi.
c. Fase Residual
Klien minimal mengalami 2 gejala, gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya berulang.
B. Tahapan Halusinasi dan Delusi yang Biasa Menyertai Gangguan Jiwa
Menurut Janice Clack 1962 klien yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar disertai Halusinasi dan Delusi yang meliputi beberapa tahapan antara lain :
1. Tahap Comforting
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa. Klien biasanya mengkomplensasikan stressornya dengan copy imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.
2. Tahap Condeming
Timbul kecemasan moderate. Cemas biasanya makin meninggi. Selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan apa apa yang dia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri.
3. Tahap Controling
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi rasa yang timbul tetapi suara tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang, maka klien akan merasa kesepian/sedih.
4. Tahap Conquering
Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti, perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide (bunuh diri).
Sumber : http://nissa-uchil.blogspot.co.id/2015/02/proses-terjadinya-gangguan-jiwa.html
Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh tiga faktor :
1. Faktor-faktor somatik (somatogenik)
a. Neroanatomi
b. Nerofisiologi
c. Nerokimia
d. Tingkat perkembangan dan kematangan organi
e. Faktor-faktor pre dan peri-natal
2. Faktor-faktor Psikologik
a. Interaksi Ibu-anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal berdasarkan kekurangan, distorasi dan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan kebimbangan).
b. Peranan ayah
c. Persaingan antara saudara kandung
d. Inteligensi
e. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
f. Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa bersalah
g. Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu
h. Keterampilan, bakat dan kreativitas
i. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
j. Tingkat perkembangan emosi
3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)
a. Kestabilan keluarga
b. Pola mengasuh anak
c. Tingkat ekonomi
d. Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
e. Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan pendidikan
f. Kesejahteraan yang tidak memadai
g. Pengaruh rasial dan keagamaan
h. Nilai-nilai
A. Proses Perjalanan Penyakit
Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai umur pertengahan dengan melalui beberapa fase yaitu :
a. Fase Prodomal
Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun. Gangguan dapat berupa self care, gangguan dalam akademik, pekerjaan, fungsi sosial, pikiran dan presepsi.
b. Fase Aktif
Berlangsung kurang lebih 1 bulan. Gangguan dapat berupa gejala psikotik, halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir, gangguan bicara, gangguan prilaku, disertai kelainan neurokimiawi.
c. Fase Residual
Klien minimal mengalami 2 gejala, gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya berulang.
B. Tahapan Halusinasi dan Delusi yang Biasa Menyertai Gangguan Jiwa
Menurut Janice Clack 1962 klien yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar disertai Halusinasi dan Delusi yang meliputi beberapa tahapan antara lain :
1. Tahap Comforting
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa. Klien biasanya mengkomplensasikan stressornya dengan copy imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.
2. Tahap Condeming
Timbul kecemasan moderate. Cemas biasanya makin meninggi. Selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan apa apa yang dia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri.
3. Tahap Controling
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi rasa yang timbul tetapi suara tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang, maka klien akan merasa kesepian/sedih.
4. Tahap Conquering
Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti, perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide (bunuh diri).
Sumber : http://nissa-uchil.blogspot.co.id/2015/02/proses-terjadinya-gangguan-jiwa.html
Tahap-tahap Gangguan Kejiwaan
Gangguan jiwa adalah bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang patologik dari unsur psikis. Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat istiadat, kebudayaan, pekerjaan, kehamilan dan lain sebagainya.
Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh tiga faktor :
1. Faktor-faktor somatik (somatogenik)
a. Neroanatomi
b. Nerofisiologi
c. Nerokimia
d. Tingkat perkembangan dan kematangan organi
e. Faktor-faktor pre dan peri-natal
2. Faktor-faktor Psikologik
a. Interaksi Ibu-anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal berdasarkan kekurangan, distorasi dan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan kebimbangan).
b. Peranan ayah
c. Persaingan antara saudara kandung
d. Inteligensi
e. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
f. Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa bersalah
g. Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu
h. Keterampilan, bakat dan kreativitas
i. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
j. Tingkat perkembangan emosi
3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)
a. Kestabilan keluarga
b. Pola mengasuh anak
c. Tingkat ekonomi
d. Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
e. Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan pendidikan
f. Kesejahteraan yang tidak memadai
g. Pengaruh rasial dan keagamaan
h. Nilai-nilai
A. Proses Perjalanan Penyakit
Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai umur pertengahan dengan melalui beberapa fase yaitu :
a. Fase Prodomal
Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun. Gangguan dapat berupa self care, gangguan dalam akademik, pekerjaan, fungsi sosial, pikiran dan presepsi.
b. Fase Aktif
Berlangsung kurang lebih 1 bulan. Gangguan dapat berupa gejala psikotik, halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir, gangguan bicara, gangguan prilaku, disertai kelainan neurokimiawi.
c. Fase Residual
Klien minimal mengalami 2 gejala, gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya berulang.
B. Tahapan Halusinasi dan Delusi yang Biasa Menyertai Gangguan Jiwa
Menurut Janice Clack 1962 klien yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar disertai Halusinasi dan Delusi yang meliputi beberapa tahapan antara lain :
1. Tahap Comforting
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa. Klien biasanya mengkomplensasikan stressornya dengan copy imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.
2. Tahap Condeming
Timbul kecemasan moderate. Cemas biasanya makin meninggi. Selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan apa apa yang dia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri.
3. Tahap Controling
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi rasa yang timbul tetapi suara tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang, maka klien akan merasa kesepian/sedih.
4. Tahap Conquering
Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti, perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide (bunuh diri).
Sumber : http://nissa-uchil.blogspot.co.id/2015/02/proses-terjadinya-gangguan-jiwa.html
Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh tiga faktor :
1. Faktor-faktor somatik (somatogenik)
a. Neroanatomi
b. Nerofisiologi
c. Nerokimia
d. Tingkat perkembangan dan kematangan organi
e. Faktor-faktor pre dan peri-natal
2. Faktor-faktor Psikologik
a. Interaksi Ibu-anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal berdasarkan kekurangan, distorasi dan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan kebimbangan).
b. Peranan ayah
c. Persaingan antara saudara kandung
d. Inteligensi
e. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
f. Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa bersalah
g. Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu
h. Keterampilan, bakat dan kreativitas
i. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
j. Tingkat perkembangan emosi
3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)
a. Kestabilan keluarga
b. Pola mengasuh anak
c. Tingkat ekonomi
d. Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
e. Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan pendidikan
f. Kesejahteraan yang tidak memadai
g. Pengaruh rasial dan keagamaan
h. Nilai-nilai
A. Proses Perjalanan Penyakit
Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai umur pertengahan dengan melalui beberapa fase yaitu :
a. Fase Prodomal
Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun. Gangguan dapat berupa self care, gangguan dalam akademik, pekerjaan, fungsi sosial, pikiran dan presepsi.
b. Fase Aktif
Berlangsung kurang lebih 1 bulan. Gangguan dapat berupa gejala psikotik, halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir, gangguan bicara, gangguan prilaku, disertai kelainan neurokimiawi.
c. Fase Residual
Klien minimal mengalami 2 gejala, gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya berulang.
B. Tahapan Halusinasi dan Delusi yang Biasa Menyertai Gangguan Jiwa
Menurut Janice Clack 1962 klien yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar disertai Halusinasi dan Delusi yang meliputi beberapa tahapan antara lain :
1. Tahap Comforting
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa. Klien biasanya mengkomplensasikan stressornya dengan copy imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.
2. Tahap Condeming
Timbul kecemasan moderate. Cemas biasanya makin meninggi. Selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan apa apa yang dia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri.
3. Tahap Controling
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi rasa yang timbul tetapi suara tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang, maka klien akan merasa kesepian/sedih.
4. Tahap Conquering
Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti, perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide (bunuh diri).
Sumber : http://nissa-uchil.blogspot.co.id/2015/02/proses-terjadinya-gangguan-jiwa.html
Langganan:
Postingan (Atom)